Minggu, 03 Januari 2010

Tahun Baru: Budaya Kufur dan Sampah!

Syabab.Com - Moment pergantian tahun begitu sangat dinantikan oleh setiap orang. Tak jarang diantara mereka yang menyambutnya dengan berpesta ria, meniup terompet didetik-detik terakhir pergantian tahun dan lain-lain. Seakan moment tahun baru merupakan moment istimewa yang tak boleh terlewatkan. Sebelum saya melanjutkan penjelasan kenapa perayaan tahun baru adalh budaya kufur dan sampah. Kita simak sejarahnya terlebih dahulu. Sejarah dan Cara Merayakan di Masa Lampau
  
Tahun baru adalah suatu perayaan yang menandakan berakhirnya masa satu tahun dan menandai dimulainya hitungan tahun selanjutnya. Kalender Romawi kuno menggunakan tanggal 1 Maret sebagai Hari Tahun Baru. Belakangan, orang Romawi Kuno menggunakan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun yang baru. Pada Abad Pertengahan, kebanyakan negara-negara Eropa menggunakan tanggal 25 Maret, hari raya umat Kristen yang disebut Hari Kenaikan Tuhan, sebagai awal tahun yang baru. Hingga tahun 1600, kebanyakan negara-negara Barat telah menggunakan sistem penanggalan yang telah direvisi, yang disebut kalender Gregorian.
Kebanyakan orang di masa silam memulai tahun yang baru pada hari panen. Mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk meninggalkan masa lalu dan memurnikan dirinya untuk tahun yang baru. Orang Persia kuno mempersembahkan hadiah telur untuk Tahun Baru, sebagai lambang dari produktivitas.
Orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Bulan Januari mendapat nama dari dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang). Orang-orang Romawi mempersembahkan hadiah kepada kaisar.
Para kaisar lambat-laun mewajibkan hadiah-hadiah seperti itu. Para pendeta Keltik memberikan potongan dahan mistletoe, yang dianggap suci, kepada umat mereka. Orang-orang Keltik mengambil banyak kebiasaan tahun baru orang-orang Romawi, yang menduduki kepulauan Inggris pada tahun 43 Masehi.
Pada tahun 457 Masehi gereja Kristen melarang kebiasaan ini, bersama kebiasaan tahun baru lain yang dianggapnya merupakan kebiasaan kafir. Pada tahun 1200-an pemimpin-pemimpin Inggris mengikuti kebiasaan Romawi yang mewajibkan rakyat mereka memberikan hadiah tahun baru. Para suami di Inggris memberi uang kepada para istri mereka untuk membeli bros sederhana (pin). Kebiasaan ini hilang pada tahun 1800-an, namun istilah pin money, yang berarti sedikit uang jajan, tetap digunakan. Banyak orang-orang koloni di New England, Amerika, yang merayakan tahun baru dengan menembakkan senapan ke udara dan teriak, sementara yang lain mengikuti perayaan di gereja atau pesta terbuka.
Sekalipun tahun baru juga merupakan hari suci Kristiani, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Amerika. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne.
  
Menurut Syariah   
  
Benarkah tahun baru harus kita sambut dengan sepesial? Semisal saling mengucapkan ucapan selamat, lewat lisan atau tulisan yang kita tulis di kartu ucapan tahun baru. Sedemikian istimewakah makna tahun baru bagi umat manusia? Coba perhatikan pernyataan Al Imam Ibnu Tammiyah radhiaallahu anhu. Adapun mengucapkan selamat terhadap syiar-syiar keagamaan orang-orang kafir yang khusus bagi mereka, maka hukumnya haram menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat terhadap hari-hari besar mereka dan puasa mereka, seperti mengucapkan semoga hari besar ini diberkahi atau ucapan semisalnya dalam rangka hari besar tersebut.
Sedang Umar bin Khatab ra berkata, terkait dengan momentum tahun baru Masehi atau hari-hari besar lain yang merupakan hari-hari besar orang-orang Yahudi dan Nasrani. “Janganlah kalian mengunjungi kaum Musyrikin di gereja-gereja ( rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka, karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka” (HR. Al Baihaqi, no:18640)
“Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka” (HR.Ibid. no:18641)
Dari kedua hadist tersebut, jelaslah sudah kalau mengucapkan selamat atau ikut serta dalam merayakan hari-hari besar kaum musyrikin (Tahun baru, Natal,Valentine,dll) hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam. Karena moment tahun baru atau moment-moment lainnya merupakan pencampuradukan antara Al Haq dan kebathilan. Yang lebih banyak nilai mudharatnya, ketimbang sisi positifnya. Selain kufur, perayaan tahun baru juga menghabiskan banyak uang dan perilaku hura-hura semisal sex, ugal-ugalan dijalan dan hal ini lah yang menunjukkan akan budaya sampah.
Sebagai umat Islam tentunya kita harus konsisten terhadap keyakinan/akidah yang kita anut, karena sesungguhnya merayakan momen tahun baru itu bukanlah budaya Islam, jadi janganlah sekali-kali terpengaruh dan mengadopsinya menjadi bagian dari budaya kaum muslimin.
“Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (TQS. Al-Baqarah [2]:109)

Coba perhatikan ayat tersebut ! Sesungguhnya, moment tahun baru itu salah satu tipu muslihat orang-orang musyirikin untuk menyesatkan kaum muslimin dari jalan kebenaran, jalan yang penuh dengan cahaya rahmat dan karunia-Nya. Karena sejatinya, kaum musyirikin itu mengetahui kalau agama Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin, sehingga hati mereka menjadi dengki dan berusaha mengembalikan keyakinan kaum muslimin pada kekafiran agar jauh dari cahaya Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka akan mengembalikanmu kebelakang ( Kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi.” (TQS. Ali Imron [3]: 149)
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat sudah bahwa tahun baru adalah bagian dari perayaan orang kufur. Namun sayang, umat islam saat bagaikan bebek yang sekedar mengikut. Justru seharusnya, kita sebagai umat yang terbaik sebagaimana yang dijanjikan Allah SWT di dalam ayat suci menjadi culture leader yang menciptakan agar mereka (orang kufur) mengikuti budaya kita (Islam). Tentunya, tak ada seorang pun diantara kita yang ingin menjadi orang yang merugi dan amal  ibadahnya tertolak oleh Allah Swt. Kalau demikian, mari bersama-sama bersiaga dalam menghalau datangnya budaya kaum musyirikin yang mereka proklamirkan lewat liberalisme, modernitas dan premisivisme budaya.
Lebih baik pada tahun baru 2010, kita jadikan sebagai momen untuk menuju perubahan dan kemulian diri dan kemulian kaum muslimin. [can/syabab.com]

Rabu, 16 Desember 2009

Dilarang berkata : ”Allah Tidak Akan Mengampunimu”

Dilarang berkata : ”Allah Tidak Akan Mengampunimu”

Sabtu, 12/12/2009 22:40 WIB Cetak | Kirim | RSS

Tugas seorang muslim adalah menganjurkan perbuatan ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar. Demikianlah Allah gambarkan ciri kaum muslimin. Bahkan ciri ini telah menyebabkan Allah memberikan sebutan begitu istimewa kepada ummat Islam. Allah menamakan ummat Islam sebagai Ummat Terbaik yang disajikan untuk segenap ummat manusia.

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ

بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran ayat 110)

Aktifitas amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan bagian integral dari kegiatan menyeru manusia ke jalan Allah atau Da’wah Islamiyyah. Kegiatan ini menuntut hadirnya kegairahan dan emosi positif pada diri pelakunya. Tanpa adanya kegairahan maka seorang muslim tidak akan mau meluruskan penyimpangan saudaranya. Tanpa gairah mana mungkin seseorang akan tergerak untuk menyadarkan orang lain agar meninggalkan perbuatan mungkar yang biasa dia kerjakan. Tanpa gairah mana mungkin seseorang akan punya motivasi untuk mendorong saudaranya mengerjakan perbuatan ma’ruf sesuai anjuran Islam. Namun perlu diingat bahwa bilamana emosi yang melandasi suatu tindakan da’wah bukanlah emosi positif namun sebaliknya malah emosi negatif, maka kegiatan yang asalnya merupakan suatu kebaikan bisa mendatangkan bencana. Bahkan bencana bagi pelaku da’wah itu sendiri.

Yang dimaksudkan dengan emosi positif ialah perasaan yang membara namun tetap terkendali dalam batas-batas yang dibenarkan oleh ajaran Islam. Sedangkan emosi negatif ialah perasaan yang berlebihan sehingga menyebabkan aktifis da’wah melampaui batas yang dibenarkan Islam tatkala ia sedang menasehati saudaranya.

Salah satu bentuk tindakan melampaui batas ialah seperti memandang dirinya berhak menentukan siapa yang bakal diampuni Allah dan siapa yang tidak. Ia lupa bahwa hak mengampuni manusia sepenuhnya berada di tangan Allah Yang Maha Pengampun. Seorang da’i berhak memberitahu saudaranya yang terlibat kemaksiatan untuk menghentikan perbuatannya melanggar aturan Islam, namun ia tidak perlu dan tidak dibenarkan untuk mengancam si pelaku maksiat bahwa kemksiatannya tidak bakal diampuni Allah. Allah sangat sanggup dan berkuasa penuh untuk mengampuni siapa saja yang dikehendakiNya. Perhatikan hadits berikut:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدَّثَ

أَنَّ رَجُلًا قَالَ وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لِفُلَانٍ وَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى قَالَ

مَنْ ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّي

قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ أَوْ كَمَا قَالَ

Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: Ada seorang lelaki yang berkata: “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan.” Allah berfirman: ”Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan? Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapuskan amalmu.” (Hadits shahih riwayat Muslim).

Bahkan dalam hadits lainnya Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan peristiwa yang pernah terjadi pada Bani Israil. Suatu ketika ada abang-beradik dari Bani Israil. Salah seorang diantara keduanya sering berbuat dosa sedangkan yang lainnya rajin beribadah. Maka setiap kali si pelaku dosa melakukan maksiatnya, maka si ’abid selalu mencegahnya, namun si pelaku dosa terus saja mengulangi perbuatan dosanya. Hingga pada suatu hari ketika si pelaku dosa berbuat maksiat di hadapan saudaranya, maka kali itu ia tidak saja mencegah perbuatan dosa saudaranya. Si ’abid mengucapkan kalimat yang melampaui batas dimana ia sampai tega mengatakan bahwa saudaranya tidak bakal diampuni Allah dan bahkan tidak akan masuk surga. Maka apa yang akhirnya terjadi pada kedua abang-beradik ini? Marilah ikuti jalan ceritanya dengan langsung membaca haditsnya di bawah ini:

قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

يَقُولُ كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ

فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ

فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ

فَيَقُولُ أَقْصِرْ فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ أَقْصِرْ

فَقَالَ خَلِّنِي وَرَبِّي أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا فَقَالَ

وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ

فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ

فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ أَكُنْتَ بِي عَالِمًا

أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ

اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي وَقَالَ لِلْآخَرِ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ

قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ

Abu Hurairah radhiyallahu ’anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Ada dua orang laki-laki dari kalangan Bani Israil yang saling bersaudara. Yang satu rajin ibadah dan lainnya berbuat dosa. Lelaki yang rajin beribadah selalu berkata kepada saudaranya, ‘Hentikan perbuatan dosamu!” Suatu hari ia melihat saudaranya berbuat dosa dan ia berkata lagi, ‘Hentikan perbuatan dosamu!” “Biarkan antara aku dan Tuhanku. Apakah kamu diutus untuk mengawasiku?” jawabnya. Ia berkata lagi, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu” atau “Dia tidak akan memasukanmu ke surga.” Kemudian Allah mengutus malaikat kepada keduanya untuk mengambil ruh keduanya hingga berkumpul di sisi-Nya. Allah berkata kepada orang yang berdosa itu, “Masuklah kamu ke surga berkat rahmat-Ku.” Lalu Allah bertanya kepada lelaki yang rajin beribadah, “Apakah kamu mampu menghalangi antara hamba-Ku dan rahmat-Ku?” Dia menjawab, “Tidak, wahai Tuhanku.” Allah berfirman untuk yang rajin beribadah (kepada para malaikat): “Bawalah dia masuk ke dalam neraka.” Abu Hurairah – semoga Allah meridhainya – berkomentar, “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh ia berkata dengan satu kalimat yang membinasakan dunia dan akhiratnya.”(HR Abu Dawud).

Ya Allah, tanamkanlah selalu kegairahan dalam diri kami untuk berda’wah di jalanMu. Namun hindarknalah kami dari berlaku melampaui batas ketika sedang berda’wah sehingga menghilangkan sifat rendah hati kami. Ya Allah, hindarkanlah kami dari mengucapkan sesuatu yang dapat membinasakan dunia dan akhirat kami. Amin ya Rabb.

Selasa, 20 Mei 2008

MENGAPA MASYARAKAT (PERLU) MENOLAK KENAIKAN HARGA BBM??

Oleh: Revrisond Baswir (Dewan Pakar Koalisi Anti Utang)

Indonesia adalah negara miskin produsen minyak. Produksi minyak Indonesia, sebagaimana dapat disimak dalam berbagai edisi Nota Keuangan, rata-rata mencapai di atas satu juta barel per hari. Tahun 2003 dan 2004, produksi minyak Indonesia mencapai 1,09 juta barrel dan 1,15 juta barel per hari. Sedangkan untuk tahun 2005, produksi minyak Indonesia diproyeksikan mencapai 1,12 juta barel per hari.
Sebagian produksi minyak Indonesia, dengan pertimbangan bahwa kualitas dan harganya jauh lebih tinggi, diekspor ke negara lain. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri, Indonesia mengimpor minyak dengan kualitas dan harga yang lebih rendah dari negara lain. Hasil ekpor minyak dan gas Indonesia untuk tahun 2003 dan 2004 mencapai US$15,2 miliar dan US$19,6 miliar. Sedangkan impor minyak dan gas Indonesia untuk kedua tahun yang sama masing-masing mencapai US$7,8 miliar dan US$11,5 miliar. Untuk tahun 2005, ekspor dan impor minyak dan gas Indonesia diproyeksikan mencapai US$19,7 miliar dan US$11,3 miliar.
Menyimak angka-angka tersebut dapat disaksikan betapa hasil ekspor minyak dan gas Indonesia sejauh ini masih tetap mengalami surplus. Sebab itu, sebagai negara miskin produsen minyak, sebenarnya sangat wajar bila harga BBM di Indonesia lebih murah daripada harga BBM di pasar internasional. Harga BBM yang lebih mahal, yang terus menerus di sesuaikan dengan harga BBM di pasar internasional, tidak hanya akan memberatkan beban hidup rakyat, tetapi juga akan menghambat mobilitas, dan dengan demikian akan membatasi peluang rakyat untuk keluar dari perangkap kemiskinan.
Tetapi pemerintah rupanya memiliki pandangan lain. Dalam pandangan pemerintah, harga BBM yang lebih murah daripada harga BBM di pasar internasional, yaitu yang memperoleh subsidi dari negara, selain akan membebani anggaran negara, juga cenderung menimbulkan distorsi terhadap bekerjanya mekanisme pasar. Sebagaimana terungkap dalam advertorial sosialisasi pengurangan subsidi BBM yang diterbitkan pemerintah di berbagai media massa, subsidi BBM diyakini oleh pemerintah sebagai pemicu terjadinya penyelundupan BBM, pengoplosan BBM, dan merupakan penghambat bagi penggunaan bahan bakar alternatif.
Sepintas lalu, berbagai alasan pemerintah tersebut memang tampak masuk akal. Walau pun demikian, sebagai negara miskin produsen minyak, berbagai alasan pemerintah untuk meniadakan subsidi dan menyesuaikan harga BBM di Indonesia dengan harga BBM di pasar internasional itu, pada dasarnya cenderung mengada-ada. Mungkin benar bahwa subsidi BBM cenderung menimbulkan distorsi di pasar. Tapi apa salahnya distorsi pasar, jika hal tersebut justru bermanfaat untuk meringankan beban hidup rakyat?
Alasan pemerintah dalam mengurangi subsidi BBM, walau pun alasan yang utama tetap soal pengurangan beban anggaran negara, memang tidak terbatas hanya pada soal dampak negatif subsidi BBM terhadap bekerjanya mekanisme pasar. Sebagaimana terungkap dalam advertorial sosialisasi pengurangan subsidi BBM tadi, yang antara lain diperkuat dengan data yang bersumber dari Bank Dunia, pemerintah juga menyatakan bahwa subsidi BBM cenderung tidak tepat sasaran dan lebih banyak “dinikmati oleh golongan mampu dan orang kaya.”
Alasan pemerintah yang terkesan seolah-olah sangat memihak rakyat banyak dan kaum miskin itu tentu tampak sangat heroik. Lebih-lebih bila dilengkapi dengan embel-embel akan tetap mempertahankan subsidi minyak tanah, memberikan subsidi beras, beasiswa, dan fasilitas kesehatan bagi kaum miskin. Walau pun demikian, hemat saya, berbagai alasan pemerintah tersebut, selain cenderung mengeksploitir kaum miskin dan memicu terjadinya pertentangan kelas, secara keseluruhan justru cenderung menyesatkan dan bersifat manipulatif.
Kesimpulan tersebut tentu tidak saya buat secara serampangan. Saya setidak-tidaknya mencatat lima alasan mendasar yang dapat dan perlu dipergunakan oleh masyarakat untuk menolak kenaikkan harga BBM secara argumentatif. Sebagaimana akan saya uraikan di bawah ini, kelima alasan tersebut sesungguhnya tidak hanya perlu diketahui oleh masyarakat, tetapi juga perlu diketahui oleh pemerintah dan parlemen, yaitu sebagai titik tolak untuk menyusun kebijakan yang lebih berpihak terhadap kepentingan bangsa dan perbaikan nasib rakyat.
Alasan Pertama: Liberalisasi Ekonomi
Kebijakan peniadaan subsidi BBM bukanlah kebijakan yang berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan kebijakan besar liberalisasi ekonomi yang saat ini tengah berlangsung di Indonesia. Secara khusus, kebijakan peniadaan subsidi BBM berkaitan dengan kebijakan uang ketat yang merupakan bagian dari pelaksanaan agenda Konsensus Washington sebagaimana diperintahkan oleh IMF. Sebagai unsur dari agenda Konsensus Washington, tujuan utama kebijakan peniadaan subsidi BBM pada dasarnya adalah untuk memperbesar peranan mekanisme pasar dalam penyelenggaraan perekonomian Indonesia.
Pada tahap selanjutnya, sejalan dengan dilakukannya unbundling PT Pertamina, sebagaimana terungkap dalam Undang Undang (UU) Minyak dan Gas No. 22/2001, kebijakan tersebut diharapkan dapat merupakan insentif bagi para investor pertambangan untuk menanamkan modal mereka di Indonesia. Sebagaimana diketahui, sudah sejak lama perusahaan-perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang pertambangan minyak dan gas, seperti Exxon Mobil, Chevron Texaco, BP Amoco Arco, Total Fina Elf, dan Shell, sangat berhasrat untuk memperluas wilayah kerja mereka di Indonesia.
Padahal, sesuai dengan UU Pertambangan Minyak dan Gas No. 44 Prp/ 1960 dan UU Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara No. 8/1971, perusahaan-perusahaan multinasional tersebut hanya diperkenankan berperan sebagai kontraktor dalam proses eksplorasi minyak dan gas di Indonesia.
Dengan demikian, sejalan UU No. 22/2001, yang meniadakan perbedaan antara perusahaan-perusahaan multinasional tersebut dengan PT Pertamina, penjualan BBM dengan harga bersubsidi jelas sangat bertentangan dengan kepentingan bisnis mereka. Terutama jika dilihat dari sudut hasrat mereka untuk menjadi pengecer BBM di Indonesia, penjualan BBM dengan harga bersubsidi tentu sangat bertentangan dengan rencana besar liberalisasi sektor pertambangan dan gas yang telah mereka perjuangkan sejak lama.
Menyimak agenda tersembunyi di balik kebijakan peniadaan subsidi BBM yang sedang dilakukan pemerintah, lebih-lebih menyusul keluarnya keputusan Mahkamah Konstitusi yang menghendaki dilakukannya amandemen terhadap UU No. 22/2001, maka masyarakat sesungguhnya justru memiliki kewajiban untuk menolak peniadaan subsidi dan kenaikan harga BBM. Kebijakan tersebut pada dasarnya hanyalah unsur dari proses sistematis untuk meminggirkan rakyat dan merupakan jalan lurus menuju neokolonialisme.
Alasan Kedua: Struktur Ekonomi
Melencengnya sebagian besar manfaat subsidi BBM terhadap anggota masyarakat golongan mampu dan orang kaya sama sekali bukan kesalahan subsidi BBM, melainkan lebih erat kaitannya dengan corak struktur perekonomian Indonesia yang memang terlanjur sudah sangat timpang.
Sebagaimana diketahui, sesuai dengan batas garis kemiskinan yang ditetapkan oleh Bank Dunia, jumlah penduduk Indonesia yang berpenghasilan kurang dari US$2 atau sekitar Rp19.000 per hari, saat ini masih berjumlah sekitar 60 persen dari jumlah seluruh penduduk. Sebaliknya, deposito dengan volume terkecil Rp 5 miliar, yang secara keseluruhan meliputi 95 persen dari jumlah seluruh deposito yang terhimpun pada berbagai bank di Indonesia, diperkirakan hanya dimiliki oleh 14.000 orang terkaya di negeri ini.
Sebab itu, bila dikaji lebih jauh, jangankan subsidi BBM, subsidi pendidikan, subsidi kesehatan, dan bahkan keberadaan pemerintah itu sendiri, pada dasarnya cenderung lebih banyak dinikmati oleh golongan mampu dan orang kaya daripada oleh anggota masyarakat golongan bawah dan orang miskin.
Pertanyaannya, apakah untuk mengakhiri berlanjutnya keberadaan pemerintah yang cenderung “tidak tepat sasaran” itu kita juga perlu berpikir untuk membubarkan pemerintah? Jawabannya tentu saja tidak. Yang perlu dilakukan oleh pemerintah untuik mencegah berlanjutnya pemberian subsidi BBM, pendidikan, kesehatan, dan keberadaan pemerintah yang cenderung tidak tepat sasaran tersebut bukanlah meniadakan pemberian subsidi. Melainkan melakukan koreksi sistematis terhadap struktur perekonomian Indonesia yang timpang.
Caranya adalah dengan memerangi korupsi, menghentikan pemberian subsidi terselubung terhadap sektor perbankan, mengalokasikan anggaran negara yang lebih besar bagi penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, meningkatkan alokasi anggaran untuk membiaya pendidikan dan kesehatan, dan dengan meningkatkan tarif pajak kendaraan bagi para pemilik kendaraan pribadi.
Pendek kata, masyarakat perlu menolak pengurangan subsidi dan kenaikan harga BBM, sebab alasan pemerintah bahwa pemberian subsidi BBM cenderung tidak tepat sasaran sama sekali tidak memiliki landasan argumentasi yang kuat dan cenderung bersifat manipulatif.
Alasan Ketiga: Beban Utang
Jika dilihat dari segi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), membengkaknya defisit dan sangat beratnya beban anggaran negara, pada dasarnya tidak dapat begitu saja dikaitkan dengan membengkaknya subsidi BBM.
Pembengkakan defisit dan sangat beratnya beban APBN terutama dipicu oleh sangat besarnya pengeluaran negara untuk membayar angsuran pokok dan bunga utang dalam dan luar negeri setiap tahunnya. Sebagaimana diketahui, pembayaran angsuran pokok dan bunga utang dalam dan luar negeri dalam anggaran negara rata-rata mencapai Rp140 – Rp 150 triliun setiap tahun.
Sebagaimana tampak dalam APBN 2004, angsuran pokok dan bunga utang dalam negeri menelan sekitar Rp 30 triliun dan Rp 44 triliun. Sedangkan angsuran pokok dan bunga utang luar negeri menelan sekitar Rp 46 triliun dan Rp 25 triliun per tahun. Jumlah itu, bandingkan dengan volume subsidi BBM yang dalam APBN 2004 hanya dianggarkan sebesar Rp 14,5 triliun atau setara dengan sepersepuluh anggaran pembayaran angsuran pokok dan bunga utang, meliputi sekitar sepertiga APBN.
Perlu ditambahkan, pembayaran angsuran pokok dan bunga utang dalam negeri pada dasarnya adalah subsidi terselubung yang dikeluarkan pemerintah untuk para pemilik deposito dengan volume terkecil Rp 5 miliar, yang hanya dimiliki oleh sekitar 14.000 orang, sebagaimana saya kemukakan tadi.
Selain itu, sebagaimana diakui sendiri oleh pemerintah, volume subsidi BBM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tiga tahun terakhir, justru terus menerus mengalami penurunan. Tahun 2001 volume subsidi BBM masih meliputi 4,7 persen PDB. Tahun 2002 dan 2003 turun menjadi hanya 1,9 dan 0,7 PDB. Sedang tahun 2004 lalu, volume subsidi BBM kembali hanya dianggarkan sebesar 0,7 persen PDB.
Artinya, masyarakat memang perlu menolak kenaikan harga BBM, sebab secara de facto, relatif terhadap PDB, selama beberapa tahun belakangan ini, subsidi BBM telah terus menerus mengalami penurunan. Sebab itu, subsidi BBM sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai kambing hitam membengkaknya defisit APBN. Beban berat anggaran negara terutama disebabkan oleh sangat besarnya subsidi terselubung yang diberikan pemerintah terhadap sektor perbankan dan sangat besarnya beban angsuran pokok dan bunga utang dalam negeri setiap tahunnya.
Alasan Keempat: Rejeki Nomplok
Kenaikan harga minyak di pasar internasional sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk mengurangi subsidi dan menaikkan harga BBM. Sebagai negara produsen dan pengekspor migas, Indonesia sesungguhnya juga memperoleh manfaat dari kenaikkan harga minyak tersebut. Sebagaimana telah saya singgung pada bagian awal tulisan ini, proyeksi hasil ekspor migas Indonesia untuk tahun 2005 mencapai US$19,7 miliar. Sedangkan proyeksi biaya impor migas Indonesia hanya mencapai US$11,3 triliun.
Jika dilihat dari sudut APBN, sejalan dengan meningkatnya harga minyak di pasar internasional, penerimaan negara dari sektor migas yang meliputi PPh Migas dan Penerimaan Bukan Pajak Migas, seharusnya juga mengalami peningkatan secara signifikan. Anehnya, sebagaimana tampak dalam APBN 2005, volume PPh Migas terhadap PDB justru diproyeksikan turun dari satu persen menjadi 0,5 persen PDB. Sedangkan Penerimaan Bukan Pajak Migas turun dari 3,8 persen menjadi hanya 1,8 persen PDB.
Hal itu terutama disebabkan oleh sangat rendahnya asumsi harga minyak dalam APBN 2005. Sebagaimana diketahui, ketika harga minyak di pasar internasional melonjak melampaui US$50 per barrel, APBN 2005 hanya mengasumsikan harga minyak sebesar US$24 per barrel. Dengan demikian, pemerintah sesungguhnya diam-diam menikmati rejeki nomplok (windfall profit) dari kenaikan harga minyak di pasar internasional itu.
Sayangnya, kita tidak pernah tahu berapa besarnya rejeki nomplok yang dinikmati pemerintah dan untuk apa saja uang itu digunakan? Padahal, sementara itu, kita terus menerus dikejutkan oleh semakin tingginya peringkat Indonesia sebagai negara juara korupsi di dunia. Sebagaimana diumumkan oleh Transparency International, peringkat Indonesia dalam jajaran negara juara korupsi terus meningkat dari urutan ketujuh pada 2002, menjadi urutan keenam pada 2003, dan menjadi urutan kelima pada 2004.
Menyimak hal tersebut, saya kira masyarakat memang wajib menolak kenaikkan harga BBM, sebab angka-angka mengenai penghasilan negara dari migas dan volume subsidi BBM cenderung tidak transparan. Sejalan dengan itu, seiring dengan meningkatnya peringkat Indonesia sebagai negara juara korupsi, volume kebocoran APBN patut dicuriga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Artinya, daripada menambah beban hidup rakyat dengan menaikkan harga BBM, jauh lebih masuk akal jika pemerintah menampakkan kesungguhannya dalam memerangi korupsi dan kebocoran APBN.
Alasan Kelima: Kemiskinan dan Pengangguran
Terakhir, pengurangan subsidi BBM sudah dapat dipastikan akan memicu terjadinya kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok dan biaya hidup rakyat. Hal itu, suka atau tidak, di tengah-tengah jumlah penduduk miskin yang masih meliputi 60 persen penduduk, dan jumlah penganggur yang meliputi 36 persen angkatan kerja, pasti akan semakin memperberat beban hidup rakyat.
Sementara itu, sebagaimana tampak pada struktur APBN 2005 yang bersifat sangat kontraktif, dan susunan tim ekuin Kabinet Indonesia Bersatu yang dipenuhi oleh para ekonom neoliberal pemuja IMF, sama sekali tidak tampak tanda-tanda bahwa pemerintahan yang ada sekarang ini memang memiliki tekad untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran secara sungguh-sungguh.
Alih-alih berusaha keras mengurangi kemiskinan dan pengangguran, pemerintah justru tampak sangat getol membela kepentingan para kreditor dan investor asing di Indonesia. Tawaran moratorium dan penghapusan sebagian utang luar negeri yang dikemukakan oleh negara-negara anggota Paris Club, misalnya, cenderung ditanggapi dengan dingin oleh pemerintah. Sebagaimana dikemukakan oleh Menteri Keuangan Jusuf Anwar, tindakan tersebut dapat menghambat naiknya rating utang Indonesia dan menurunkan kepercayaan para investor untuk menanamkan modal mereka di sini.
Intinya, sekaligus sebagai penutup tulisan ini, saya tidak hanya menyerukan kepada masyarakat untuk menolak kenaikkan harga BBM. Pada saat yang sama, saya juga mengajak masyarakat untuk mendesak pemerintah agar segera mengakhiri pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal di sini, memerangi korupsi dengan memperkarakan koruptor-koruptor kelas kakap, menghentikan pemberian subsidi terselubung terhadap sektor perbankan, dan berjuang keras menuntut dilakukannya penghapusan sebagian utang lama Indonesia serta segera menghentikan pembuatan utang-utang baru.
Last but not least, menyusul terjadinya gempa dan gelombang tsunami yang menelan lebih dari 100 ribu korban jiwa pada 26 Desember lalu, saya kira masyarakat juga perlu mendesak pemerintah untuk meningkatkan keseriusannya dalam menanggulangi bencana gempa dan gelombang tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussallam dan sekitarnya itu. Wallahu a’lam bishawab. [ ]
SUMBER :
http://209.85.175.104/search?q=cache:D4YmIbbkF2AJ:kau.or.id/index.php%3Foption%3Dcom_docman%26task%3Ddoc_view%26gid%3D30+revrisond+BBM&hl=id&ct=clnk&cd=41&gl=id
Catatan Redaksi www.khilafah1924.org :
Tulisan Revrisond Baswir ini dibuat dalam konteks kenaikan harga BBM bulan Oktober tahun 2005. Namun, meski beberapa data kuantitatif perlu di-up-date, substansi dan struktur argumennya tetap kuat dan relevan untuk menolak kenaikan harga BBM Juni 2008 mendatang secara rasional dan argumentatif. Pemerintah memang zhalim. Kejam. Tega. Pengkhianat. Penipu. Antek penjajah. (msj).

Senin, 21 April 2008

Geliat Dakwah dan Senyum di Russia

22 Apr 08 05:22 WIB

Oleh Ellina Supendy

Rakyat Russia baru 17 tahun terakhir terbebas dari tirani komunis. Mereka baru merasakan kebebasan beragama pasca perestroika & glasnost yang dipelopori Mikail Gorbachev. Sejak itulah kaum muslimin baru mulai mengenal agamanya sendiri. Selama lebih dari 70 tahun komunisme berkuasa, mereka mengenal Islam hanya sebatas nama. Mereka mengaku beragama Islam kebanyakan lantaran keturunan. Oleh karenanya rasa ashobiyah kesukuan masih amat terasa di antara kaum muslimin sendiri.
Kaum muslimin Russia, khususnya di Moskow semakin berkembang secara bertahap. Meskipun tampaknya amat lambat, namun cukup signifikan. Aktivitas ke-Islaman mulai bergaung dari beberapa masjid. Masjid tidak hanya sebagai tempat sholat dan menyalurkan zakat saja, tetapi kini juga melayani kebutuhan sehari-hari kaum muslimin.
Masjid menyediakan toko buku kecil yang menjajakan buku-buku ke-Islaman, souvenir, kaset-kaset, dan brosur-brosur gratis; produkti (toko bahan makanan) yang menjajakan daging-daging halal, serta stalowaya (kantin) yang menyediakan makanan khas Russia. Jauh di utara Moskow, di rayon Otradnoye, terdapat Masjid Yarjam, yang menyelenggarakan kursus bahasa Arab dan pengajian. Lebih jauh lagi di beberapa republik yang mayoritas Islam seperti Baskarkastan, Tatarstan, dan Dagestan aktivitas ke-Islaman seperti daurah (pesantren kilat) untuk anak-anak hingga mahasiswa diadakan untuk mengisi liburan musim panas.
Pemerintah Russia saat ini menyadari realitas bahwa Islam adalah agama nomor dua terbesar di Russia setelah Kristen Ortodoks. Muslim di Russia mencapai kurang lebih 15 persen dari total penduduk dari 148 juta jiwa. Sedangkan yang berada di Moskow mencapai 10 persen dari total 12 juta penduduknya. Sungguh jumlah yang tidak sedikit, dan Insya Allah akan semakin bertambah. Karenanya Pemerintah Vladimir Putin saat itu amat berhati-hati terhadap kaum muslimin.
Pemerintah di satu sisi menyerang Islam radikal dengan propaganda kasus Chechnya, di sisi lain berusaha merangkul kaum muslim moderat seperti orang-orang Tatar dan Asia Tengah di Moskow. Tayangan televisi Russia mengenai Chechnya selalu dikaitkan dengan Islam Radikal yang diidentikan dengan Wahabiyah. Dialog-dialog mengenai Chechnya selalu berujung 'warning' terhadap Islam Radikal. Tema Jihad seakan menjadi barang haram. Wajah-wajah penduduk selatan yang rata-rata berasal dari kaukasus (Chechnya, Ingusetia, Dagestan) selalu menjadi incaran milisia (polisi) untuk diperiksa dokumennya.
Terhadap Islam moderat pemerintah berusaha menunjukkan sikap lunak. Presiden Vladimir Putin mengucapkan selamat hari raya idul fitri dan Idul adha secara resmi kepada kaum muslimin Russia. Ia beserta rombongan juga mengunjungi Ufa, ibukota propinsi Baskiria untuk mengikuti pesta rakyat 'shalawat', yang merupakan tradisi maulid Nabi SAW di sana. Acara keIslaman di televisi baru sebatas siaran pengenalan kultur Islam. Itupun hanya ada setiap Jumat pagi di saluran televisi nasional.
Saat-saat paling mengesankan di Moskow adalah tatkala bertemu saudara-saudara sesama muslim dari berbagai belahan bumi di Masjid Pusat, Prospekt Mira. Perbedaan warna kulit, budaya, bahasa dan mazhab seakan tak berarti dibanding dengan ikatan ukhuwah Islamiyah. Kami saling berkenalan dengan bahasa yang bercampur aduk. Kadang dengan Bahasa Russia, Inggris, Arab, atau bahasa masing-masing. Jika tidak paham satu sama lain, maka senyuman menjadi bahasa penutup yang sangat indah dan kami semua pahami. Senyum benar-benar terasa bermakna.
Perlu diketahui bahwa orang Russia memiliki karakter pelit senyum. Bila berjumpa dengan mereka, tak pernah terlihat senyum tersungging. Entah karena udara dingin sehingga merapatkan bibir-bibir mereka atau memang karakter asli. Akibatnya, jika kita menjumpai sosok mereka dengan senyuman. Maka itu merupakan bonus tersendiri buat kita di tengah cuaca yang selalu di bawah nol derajat. Senyuman di Russia adalah benda mahal yang dapat mencairkan salju yang senantiasa menggigit. Senyuman yang mudah kita dapatkan jika kita berjumpa di wilayah masjid saja. Wilayah yang memang menjadi pusat kitaran senyuman keikhlasan dan ukhuwah yang kuat.

Minggu, 13 April 2008

Aisyah Bhutta Islamkan Orangtua dan 30 Temannya

Aisyah Bhutta Islamkan Orangtua dan 30 Temannya


Sabtu, 12 April 2008

Namanya Aisyah Bhutta. Tapi hatinya tidak “buta”. Setelah mengenal Islam, ia membawa orangtua dan 30 temannya memeluk Islam
Aisyah Bhutta (34), dulu, ia bernama Debbie Rogers. Kini hidup tenteram dan bahagia setelah memeluk Islam. Di apartemennya yang terletak di Cowcaddens, Glasgow, ia melewati hari-hari dengan amalan Islam. Rumahnya pun telah dihiasi dengan nuansa Islam. Di dinding tergantung kaligrafi Al-Quran. Ada juga poster bergambar kota suci Mekkah. Lalu jam yang disetel khusus dengan suara azan yang senantiasa mengingatkanAisyah dan keluarganya tiap masuk waktu shalat. Wajahnya kini terbungkus rapi oleh jilbab yang makin menunjukkan kesalehannya. Dia sangat gigih dalam berdakwah. Tidak saja untuk keluarganya dan kerabat bahkan tetangga-tetangga juga tak luput dari dakwahnya. Alhasil, dia dapat mengislamkan orangtua, kerabat dan 30 temannya. Berikut kisahnya seperti dilansir dari Islamweb.com.
***
Bagi seorang gadis Kristen taat seperti Debbie Rogers, masuk Islam lalu menikah dengan pria Muslim, adalah suatu hal yang luar biasa. Tak hanya itu, ia juga telah mengislamkan kedua orantuanya, beberapa orang saudaranya. Dan yang menakjubkan ia telah mengajak sedikitnya 30 orang teman dan tetangganya masuk Islam!
Debbie Rogers dulunya berasal dari keluarga Kristen yang taat. Mereka aktif dalam aneka kegiatan gereja. Kala remaja lainnya asyik dengan idola mereka, misalnya mengoleksi poster penyanyi kesayangan mereka, katakanlah seperti penyanyi terkenal George Michael atau asyik dengan hura-hura sepanjang malam. Maka Debbie Rogers justru sebaliknya. Di dinding kamarnya penuh dengan poster Yesus. Musiknya adalah musik bernuansa rohani, bernada puji-pujian bagi Yesus. Itulah aktifitasnya sebelum kenal Islam.
Tapi akhirnya dia “lelah” sendiri. Ia merasa tak mendapatkan apa-apa dari apa yang dipelajarinya. Bahkan banyak sekali daftar pertanyaan tentang paham Kristen yang tak berjawab. Debbie Rogers kemudian berkenalan dengan seorang pria keturunan Pakistan, Muhammad Bhutta namanya. Pria yang mengenalkan Islam padanya dan dikemudian hari menjadi suaminya. Tapi jangan dikira ia masuk Islam gara-gara jatuh cinta dengan Muhammad.
Terkesan dengan shalat
“Waktu itu saya masih kecil. Baru berumur 10 tahun. Kebetulan keluarga kami punya toko dan Muhammad adalah salah satu pelanggan tetapnya. Saya sering mengintip Muhammad kala shalat di belakang toko kami.
“Dari wajahnya saya melihat pancaran kedamaian. Tampaknya dia sangat ikhlas dan menikmati shalatnya. Kala saya tanya, dia bilang dia orangIslam. Apa itu Islam?” tanya Aisyah kecil heran.
Berselang beberapa lama, dengan bantuan Muhammad, Aisyah cilik mulai mendalami Islam lebih jauh. Sekitar lima tahunan ia pelajari kitab suci tersebut dan menariknya dia telah mampu membaca seluruh isi Al-Quran dengan bahasa Arab.
”Semua saya baca. Sungguh sangat menarik sekali. Serasa menancap di hati,” kenangnya.
Alhasil, di usianya yang ke-16 Debbie Rogers pun mengucap dua kalimah syahadat. ”Ketika saya mengucapkan kalimah itu, serasa seperti baru melepaskan beban berat yang lepas dari pundak saya. Luar biasa. Saya merasa seperti seorang bayi yang baru dilahirkan,” ujarnya. Ia lantas mengganti namanya, Debbie Rogers menjadi Aisyah.
Meskipun Aisyah sudah memeluk Islam, namun bakal calon mertuanya --ayah kandung Muhammad-- tidak setuju putranya menikah dengan wanita Barat. Orangtua Muhammad masih berpikiran tradisional yang menganggap perempuan Barat sulit menerima Islam. Dan, menurut mereka, malah nanti Muhammad yang dibawa ke jalan yang tidak benar. Mereka takut nanti nama keluarga menjadi jelek di mata masyarakat Islam. Namun tekad Muhammad sudah bulat. Iman Aisyah harus diselamatkan.
Muhammad melaksanakan pernikahan di mesjid setempat. Bahkan pakaian nikah yang dikenakan Aisyah dijahit sendiri oleh ibu kandung Muhammad dan saudaranya yang menyelinap secara sembunyi-sembunyi. Sebab bapaknya menolak menghadiri acara sakral dalam hidup anaknya itu. Halnya Michael dan Marjory Rogers, orangtua Aisyah, turut hadir di pernikahan anaknya. Mereka mengaku terkesan dengan baju nikah Aisyah.
Hubungan hambar dengan bapaknya akhirnya mencair. Ceritanya, nenek Muhammad datang khusus dari Pakistan untuk menjenguk cucunya yang baru menikah. Bagi neneknya, pernikahan dengan perempuan Barat juga masih tabu. Namun, semuanya berubah tatkala nenek Muhammad berjumpa dengan Aisyah. Dia sangat takjub dengan perempuan Skotlandia itu yang sudah mampu membaca Al-Quran dan menariknya lagi Aisyah bisa bercakap dalam bahasa Punjab. Perlahan Aisyah telah jadi bagian dari keluarga besar Muhammad.
Islamkan orangtua
Enam tahun kemudian, Aisyah mulai menjalankan misi sulit, yakni mengislamkan kedua orangtua dan anggota keluarganya. Aisyah dan suaminya menceritakan apa itu Islam. Aisyah sendiri kini telah berubah banyak dan hal itu tentu bagian dari dakwah kepada kedua orangtuanya. Misalnya kini dia jadi anak yang sopan, tidak suka membantah kata-kata orangtuanya seperti dulu.
Kesan perubahan sikap dan tingkah laku sang anak rupanya merasuk ke hati sang ibu. Tak lama, ibunya memeluk Islam dan berganti nama menjadi Sumayyah.
“Bahkan ibu kini sudah mengenakan jilbab. Ibu shalat tepat waktu. Kini tak ada yang menarik baginya kecuali senantiasa berhubungan dengan Allah,” tuturAisyah bangga.
Akan halnya dengan ayah Aisyah, ternyata sangat sulit untuk diajak. Ibu Aisyah turut membantu mengenalkan sang ayah kepada Islam. “Ibu dan saya sering berdiskusi tentang Islam. Nah satu hari kami duduk-duduk di dapur. Lalu ayah berkata; Apa yang kalimat yang kalian ucapkan ketika masuk Islam? Spontan saya dan ibu melompat ke atasnya,” cerita Aisyah sumringah. Ayah pun memeluk Islam.
Lalu, tiga tahun kemudian, abang kandung Aisyah juga mengucap dua kalimah syahadah. Uniknya sang abang memeluk Islam melalui telepon, karena ia tinggal agak jauh. Aisyah makin bersemangat tatkala melihat istri abangnya, diikuti oleh anak-anaknya juga memeluk Islam. Bahkan keponakan istri si abang juga masuk Islam. Bukan main bahagianya Aisyah.
Membuka kelas Islam
“Saya belum mau berhenti berdakwah. Keluarga sudah, lalu saya beralih kepada para tetangga di Cowcaddens. Kawasan ini perumahannya sangat padat, bahkan bisa dikatakan kumuh. Tiap hari Senin selama 13 tahun saya membuka kelas khusus tentangIslam bagi wanita-wanita Skotlandia yang ada di situ,” kisah Aisyah mengenang. Sejauh ini dia sudah berhasil mengislamkan tetangga sekitar 30 orang.
“Latar belakang mereka macam-macam. Trudy misalnya, dia seorang dosen di Universitas Glasgow. Trudy adalah seorang Katolik yang awalnya mengikuti kelas saya untuk mengumpulkan data penelitian yang sedang dikerjakannya. Namun setelah berjalan enam tahun Trudy memutuskan memelukIslam. Menurutnya Kristen sulit diterima akal dan membingungkan,” sebut Aisyah. Trudy sendiri mengaku masuk Islam karena terkesan dengan kuliah Aisyah yang mudah diterima dan masuk akal.
Disamping siswa non-Muslim, kelas binaan Aisyah juga dipenuhi oleh gadis-gadis Islam yang telah terkena polusi pemikiran Barat. Menurut Aisyah, justru mereka yang patut diselamatkan. Aisyah pun fleksibel dalam kuliahnya. Dia menerima secara terbuka setiap pertanyaan dan mengajak peserta berdiskusi.
Suami Aisyah, Muhammad Bhutta (43), tampaknya tidak begitu tertarik untuk berdakwah di kalangan warga asli Skotlandia. Dia konsentrasi pada usaha restorannya. Fokus suami Aisyah adalah keluarga dan usaha. Suami nya yang bertugas memberikan ajaran Islam kepada kelima anaknya. Tumbuh dengan akhlak dan nuansa Islam, itulah obsesi Aisyah dan suaminya akan anak-anak mereka. Bahkan Safia, anaknya tertua yang berusia 14 tahun menjadi sebab masuk Islamnya seorang wanita tua.
Ceritanya, suatu hari Safia melihat seorang nenek di jalan, dia tergerak untuk membantu si nenek dengan membawakan belanjaannya. Sang nenek rupanya terkesan. Tak berapa lama si nenek pun ikut kelas Aisyah Bhutta, dan beberapa waktu kemudian akhirnya bersyahadat.
“Muhammad orangnya romatis,” ujar Aisyah tersipu. “Saya seakan telah mengenalnya selama berabad-abad. Jadi tak mungkin terpisahkan. Dia bukan hanya kawan dalam hidup di dunia ini, tapi yang lebih penting lagi semoga juga kawan di surga nanti dan selama-lamanya. Itulah hal terindah,” tutup Aisyah. [Zulkarnain Jalil/www.hidayatullah.com]

Selasa, 08 April 2008

INDONESIA, AS, DAN NEGARA GAGAL

INDONESIA, AS, DAN NEGARA GAGAL
oleh: Hidayatullah Muttaqin* Pembaca yang terhormat, dalam satu bulan terakhir muncul berbagai ulasan tentang negara gagal (failed state), antara lain yang ditulis oleh Prof. Budi Winarno di Harian Kedaulatan Rakyat (Indonesia Adalah Negara yang Gagal), Meuthia Ganie-Rochman di Harian Kompas (Negara Gagal?), dan Budiarto Shambazy juga di Harian Kompas (Si Gembala Sapi).
Munculnya tulisan-tulisan tersebut didasari oleh suatu keadaan, di mana kemiskinan, kelaparan dan kurang gizi, kelangkaan dan lonjakan harga-harga berbagai kebutuhan pokok, pendidikan, keamanan dan kehidupan sosial masyarakat, semakin buruk dan kian tidak menentu. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah mencegah dan mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, dan ketidakpedulian terhadap masyarakat. Di tengah kehidupan masyarakat yang serba sulit, pemerintah cenderung melahirkan kebijakan-kebijakan pro pasar sehingga beban hidup masyarakat bertambah berat.Berkaitan dengan ukuran dan peringkat kegagalan negara-negara di dunia, Foreign Policy yang berkedudukan di Washington AS, menerbitkan The Failed States Index 2007 yang dapat diakses di situs Foreign Policy dan website The Fund for Peace. Sebagai data, The Failed States Index 2007 ini cukup berguna untuk memberikan gambaran peringkat kegagalan negara-negara di dunia.Namun Foreign Policy bukanlah lembaga independen yang bersikap fair terhadap negara-negara di dunia, khususnya terhadap peradaban selain Barat. Sebagai contoh, publikasi majalah terbaru mereka mengangkat topik utama A World without Islam. Sebuah topik yang sangat berbau Islamophobia dan tendensi yang sangat tidak berdasarkan fakta. Ahmad Syafii Maarif dalam Perspektif, Gatra Nomor 18 Beredar Kamis, 13 Maret 2008HYPERLINK "http://jurnal-ekonomi.org/2008/04/07/dunia-tanpa-islamdunia-tanpa-islam/" menuliskan:“Judul semacam ini sungguh menyakitkan. Islam seperti akan dihalau dari muka bumi karena dianggap sebagai biang kekacauan global.”
Atas dasar inilah, data peringkat negara-negara gagal versi Foreign Policy ini harus dibaca secara kritis, khususnya metodologi atau ukuran-ukuran yang digunakan di dalam pengolahan The Failed States Index 2007.
Sebagai contoh, Irak ditempatkan sebagai negara paling gagal nomor dua setelah Sudan. Irak memang gambaran sebuah negara yang gagal, di mana setiap hari ratusan nyawa melayang dan tidak ada jaminan keamanan bagi warganya. Kemiskinan, kelaparan, dan kehancuran infrastruktur, adalah masalah nyata yang dihadapi suadara-saudara kita di sana.
Hanya saja melepaskan Irak dari penyebab kehancuran Irak, yakni AS, adalah sebuah ketidakafairan. Sedangkan AS sendiri adalah sebuah negara yang menjadi sumber kekacauan ekonomi dunia di samping kekacauan-kekacauan lainnya. Dari negara inilah sebagian besar para Kapitalis dunia merampok sumber daya alam di negara-negara dunia ketiga, kemudian menjadikannya sebagai pasar bagi produk-produk mereka melalui mekanisme pasar bebas yang sebenarnya sangat diskriminatif.Di sisi lain perekonomian AS merupakan perekonomian yang boros, lebih besar pasak daripada tiang. Perekonomian AS adalah perekonomian utang, di mana hidupnya bergantung pada utang. Hanya bedanya dengan negara-negara lainnya, utang-utang AS tidak dilakukan dengan cara meminjam kepada negara atau lembaga keuangan internasional. AS berutang melalui sistem perbankannya, sistem pasar modalnya, dan tentunya utang gratis dari pencetakan mata uang dollar. Sebagian besar utang-utang AS tersebut dibiayai oleh negara-negara eksportir yag ingin meraup devisa sebanyak-banyaknya dari pasar AS (Sofyan Sapri Harahap, Ekonomi Islam: Saving atau Spending?, Republika 7/4/2003).AS merupakan contoh perekonomian yang paling buruk yang sedang menuju kematian. Rasio utang pasar kredit AS terhadap PDB mencapai 330%, rasio utang rumah tangga terhadap PDB 100% di mana nilai utang kartu kredit rumah tangga sudah mencapai 790 miliar dollar AS. Berkaitan dengan krisis finansial yang tengah melanda AS, muncul anggapan sistem keuangan di negeri Paman Sam tersebut laksana ZOMBIE, secara teknis sudah mati tapi masih beroperasi (Kompas 28/3/2008).
Sebagai sebuah negara besar, AS gagal memberi contoh yang baik bagi negara-negara di dunia. AS justru menjerumuskan rakyatnya dan negara-negara lain ke dalam jurang kehancuran yang berdarah-darah. Ironinya, keburukan AS yang sangat nampak tidak dapat membuka mata politisi dan pemerintah Indonesia.
Paska krisis ekonomi 1998, pemerintah Indonesia dengan bangganya memperkenalkan perekonomian neoliberal. Dari periode reformasi ini lahirlah berbagai produk hukum dan perundang-undangan, serta kebijakan neoliberal yang sangat menyengsarakan rakyat. Kini rakyat menghadapi berbagai himpitan kehidupan sebagai akibat kebijakan neoliberal pemerintah.
Jika sebelum krisis utang pemerintah Indonesia sebesar Rp 600 trilyun sudah sangat memberatkan, laksana kerbau yang dicocok hidungnya, pemerintah manut saja kepada IMF ketika diminta untuk mengambil alih dan menanggulangi utang-utang konglomerat sehingga utang pemerintah membengkak menjadi Rp 1250 trilyun. Kini utang negara telah merangkak naik di atas Rp 1400 trilyun sebagai akibat kelatahan pemerintah menerbitkan SUN (obligasi negara) demi mengejar kepercayaan pasar.
Ketika krisis BBM, listrik dan pangan, krisis finansial, dan kesempitan ruang gerak fiskal melanda negeri ini, pemerintah selalu mengambil kebijakan atas dasar kepentingan pasar. Dalam konteks ini, pemerintah selalu menempatkan kepentingan investor yang pertama kali dilayani, setelah itu baru kepentingan masyarakat. Meminjam istilah Revrison Baswir, investor first, people second. Pertemuan Presiden SBY dengan para buruh dan diplomat Indonesia baru-baru ini semakin menjelaskan di mana posisi pemerintah. Dalam dua pertemuan tersebut, presiden mengungkapkan betapa petingnya mengajak para investor masuk ke Indonesia.
Kebijakan pemeritah yang bersandar pada ekonomi neoliberal yag sudah pasti merugikan masyarakat, menunjukkan pemeritah tidak mampu mengurus kepentingan hidup rakyatnya. Sikap membatu pemerintah pada ekonomi neoliberal menunjukkan ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakat.
Jika kebutuhan hidup rakyat terancam oleh ketidakmampuan dan ketidakpedulian pemerintah, maka ini merupakan sebuah fakta bahwa negara Indonesia sedang berada dalam kegagalan. Jika negara kita mengalami kegagalan yang bertubi-tubi, masih relakah negara kita diatur oleh Kapitalisme yang sarat nilai-nilai sekuler ? Jika bukan, tidak inginkah negara ini diatur berdasarkan hukum-hukum Sang Khaliq yang telah menciptakan kita (manusia), alam semesta, dan segala isinya ? Tidak inginkah merasakan hidup berdasarkan syariah dalam naungan sistem khilafah ? Wallahu a'lam []
*Hidayatullah Muttaqin, dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin dan pengelola website www.jurnal-ekonomi.org

Sabtu, 29 Maret 2008

LAGI, PENGHINAAN TERHADAP ISLAM

March 28th, 2008 Print
” Muslim yang tinggal di Belanda harus menyobek setengah dari Al Qur’an, Jika Muhammad tinggal di sini (Belanda) sekarang, aku akan menyuruhnya keluar dari Belanda dengan belenggu” (Geert Wildert Pemimpin Freedom Party Belanda)
Belanda secarai tradisional dikenal sebagai negara yang paling liberal di Eropa. Sekarang, negara itu menjadi pusat kampanye yang penuh kedengkian untuk menghina Islam dan kemuliaan Al Qur’an. Belanda dan negara-negara Barat lain, yang mengklaim sebagi negara yang menjunjung tinggi persamaan (equality) dan keadilan (justice), namun nilai-nilai itu tidak berlaku bagi kaum muslim. Penyiksaan, penculikan, dan penahanan tanpa bukti, banyak menimpa umat Islam , atas nama perang melawan terorisme.
Perjuangan umat Islam untuk membebaskan negerinya dari penjajahan pun dituduh sebagai tindakan ilegal dan dicap terorisme. Sering kali konvensi Genewa dan hukum internasional tidak berlaku, kalau berkaiatan dengan umat Islam. Tampak dari sikap negara –negara Barat terhadap penyiksaan yang dilakukan AS dan sekutunya. Barat cenderung diam menyaksikan bagaimana AS melakukan waterboarding dengan cara menenggelamkan tertuduh di air, yang sesungguhnya bertentangan dengan konvensi Genewa. Sekali lagi itu tidak berlaku, ketika sang tertuduh adalah muslim dan dicap teroris. Semua aturan berlaku bisa berubah kalau sudah berhubungan dengan Islam dan muslim, seperti pernyataan Tony Blair : ” “the rules of the game are changing.”
Di Belanda, Geert Wildert, anggota parlemen Belanda dan pimpinan Partai Kebebasan Belanda, ngotot akan tetap memutar film yang menghina Al Qur’an dan Rosululllah SAW. Wilder mengatakan Al Qur’an adalah buku fasistis yang menyebarkan kebencian dan kekerasan. Dia juga menyerukan agar Al Qur’an dilarang , sebagaimana dilarangnya Mein Kampf , buku Hitler. ” Muslim yang tinggal di Belanda harus menyobek setengah dari Al Qur’an, Jika Muhammad tinggal di sini (Belanda) sekarang, aku akan menyuruhnya keluar dari Belanda dengan belenggu”, hina Wilder.
Pernyataan Wilders itu dimuat di surat kabar De Pers, Selasa (13/2).“Orang-orang Muslim yang ingin hidup di Belanda, mereka harus melempar setengah Al-Qur’an dan menjauhi para imam (masjid), ” ujar Wilders. Lebih lanjut Wilders mengatakan bahwa Islam itu berbahaya dan membawa misi kekerasan terhadap masyarakat. Ia juga menegaskan, kalau saja Nabi Muhammad saw masih hidup, niscaya ia akan dicap sebagai ekstrimis dan harus diusir dari Belanda karena akan dianggap sebagai sumber tindak terorisme.
Di bagian lain komentarnya, Wilders mengatakan, Islam adalah bahaya terbesar yang akan mengancam Belanda dan kemanusiaan. “Jika jalan-jalan di Belanda, maka tidak akan terasa ini di negara Belanda, ” ujar Wilders terkait pemandangan di Belanda akhir-akhir ini di mana banyak ditemui muslimah berjilbab, Muslim yang berjenggot dan menara-menara masjid yang bermunculan di Negeri Kincir Angin itu.
Wilders bukanlah anggota parlemen Belanda pertama yang menyerang Islam. Beberapa tahun yang lalu , pendahulunya Ayaan Hirsi Ali, mencari popularitas dan jabatan politik dengan menghina Islam. Politisi Belanda kelahiran Somalia ini mengecam Islam sebagai agama terbelakang dan merendahkan wanita. Dia juga menuduh Rosulullah saw sebagai orang yang sesat karena menikahi Aisyah ra yang masih kanak-kanak. Tidak kalah keji, di menuduh Rosulullah saw itu pervers (mempunyai kelainan seksual).
Ironisnya, dengan mengklaim dirinya sebagai mantan muslimah, dia kemudian dianggap pakar bicara tentang Islam terutama tentang pandangan Islam terhadap perempuan. Dia juga diberikan ruang sebagai ahli Islam di lingkaran akedemis, menerbitkan buku, dan menulis sebuah cerita untuk film menghina Islam yang berjudul “Submission”. Dalam film itu dia menuduh Al Qur’an mendorong kekacauan dan pemerkosaan terhadap seluruh anggota keluarga. Film yang bertujuan menghina Islam ini menayangkan seorang muslimah yang sholat, tapi berpakaian tembus mata dan di tubuhnya tertulis ayat-ayat Al Quran. Gara-gara film ini, sutradaranya Theo Van Gogh dibunuh oleh Muhammad Buyeri yang tidak rela agamanya dihina.
Hirsi Ali diusir dari Belanda setelah ketahuan memalsukan permohonan kewarganegaraan Belandanya. Paspor Belandanya pun pernah dicabut. Dia pun mundur dari parlemen Belanda. Ketika tiba di Belanda tahun 1992 , dia mengaku lari dari perkawinan paksa saat Somalia dikoyak perang. Dia kemudian mendapat simpati dan memberikan kredibilitas bagi kebohongannya tentang Islam, seakan-akan dia mengalami langsung sebagai wanita yang ditindas oleh Islam. Kebohongannya pun terbongkar. Dalam sebuah program televisi Belanda, anggota keluarga Hirsi mengatakan mereka tidak mengetahui adanya kawin paksa tersebut. Bahkan Hirsi sebenarnya bukan tinggal di Somalia, tapi hidup nyaman di Kenya selama 12 tahun.
Meskipun terbukti berbohong dengan pengalamannya, Hirsi masih dianggap memiliki otoritas oleh Barat bicara tentang Islam. Setelah meninggalkan Belanda, dia kemudian bekerja sebagai pakar pada lembaga riset neo konservatif American Enterprise Institute (AEI) di AS dimana dia tinggal sekarang.
Pemerintah Belanda pernha mencoba menggolkan rancangan undang-undang yang melarang penggunaan niqab (cadar) di tempat umum. Meskipun ruu ini gagal, Wilder kembali berusaha mengkampanyekan larangan bercadar ini. Wilder menambah daftar panjang lain hal-hal yang perlu dilarang untuk Muslim, termasuk Al Qur’an, niqab dan kewarganegaraan Belanda untuk muslim.
Umat Islam memang memiliki pengalaman buruk dengan negara Belanda. Selama lebih kurang 350 tahun negara ini menjajah negeri Islam Indonesia. Sejarah mencatat perlakuan tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh Belanda. Mulai dari tanam paksa, kerja paksa, sampai pembunuhan masal.
Pengalaman yang sama pernah dirasakan muslim Bosnia. Pemerintah Belanda pada desember 2006 telah memberikan penghargaan kepada pasukan Perdamaian PBB asal Belanda yang telah menyerahkan Srebrenica kepada Serbia selama perang Bosnia tahun 1992-1995. Serbia kemudian melakukan pembantantai masal pada bulan Juli 1995 setelah Belanda menyerahkan kota besar itu kepada serbia. Lebih 8000 muslim terbunuh. Dalam sebuah vidoe tampak jenderal Mladic tersenyum memberikan hadiah kepada panglima perang Belanda Col Tom Karreman. Kemudian Col. Karreman melakukan tos bagi kejayaan jenderal Serbia itu.
Penghinaan terhadap Islam seperti ini terus berulang dan sudah sejak lama terjadi. Hanya Khilafahlah yang akan mampu menghentikan mulut kotor mereka sehingga benteng Islam tetap terjaga dan dilindungi oleh tentara Khilafah. Karena itu, tidak seorang musuh pun akan berani mendekati bangunan Islam, apalagi memanjatnya.
Penghinaan terhadap Islam sama dengan mengumumkan perang. Khilafah akan mengerahkan pasukan, rudal, dan artilerinya supaya orang yang ingin menghina Islam itu melupakan niatnya. Bahkan kaum kafir pun tidak akan pernah berani lagi menghina Islam, karena takut kepada Khilafah dan reaksinya, hingga Khilafah tidak perlu mengerahkan pasukan!
Sejarah Khilafah jelas telah menunjukkan hal itu. Bukti pemeliharaan Khilafah terhadap Islam dan kaum Muslim jelas nyata sekali, bukan hanya terhadap orang yang menghina Islam dan Nabi Islam, Nabi Muhammad saw., bahkan terhadap penghinaan pada sesuatu yang lebih ringan dari itu. Kisah seorang wanita yang dihina oleh orang Yahudi di pasar mereka pada zaman Rasulullah saw., lalu mereka diperangi dan diusir (dari Madinah).Kisah seorang wanita yang dihina oleh orang Romawi sehingga Khalifah langsung memimpin sendiri pasukan untuk memberi orang-orang Romawi pelajaran hingga terjadilah penaklukan kota Amuriyah.
Mereka yang berupaya menyerang makam Rasulullah saw. pada masa Khilafah Abbasiyah, yaitu ketika Nuruddin Zanki menjabat sebagai wali (gubernur) Syam pada tahun 557 H, dan atas sepengetahuan Khalifah, Nuruddin pun bertolak ke Madinah untuk menangkap dan membunuh mereka, yakni orang-orang Nasrani yang menyerang makam Nabi saw., sebagai bentuk pembelaan kepada Rasulullah saw. Saat itu mereka, orang-orang Nasrani itu, telah menggali lorong dari sebuah rumah yang berada di dekat masjid Rasulullah saw, untuk bisa mencapai makam Beliau saw.
Bahkan saat dalam kondisi lemah sekalipun, Khilafah tetap menjaga Islam dan kaum Muslim. Khilafah tetap mampu menghembuskan ketakutan dalam hati kaum kafir penjajah. Bernard Shaw menyebutkan dalam memoarnya, bahwa pada tahun 1913 M, yaitu pada zaman Khilafah Utsmaniyah sudah lemah, dia dilarang mengeluarkan kisah yang berisi penghinaan kepada Rasulullah saw. Lord Chamberlin melarangnya karena takut terhadap reaksi duta besar Daulah Khilafah Utsmaniyah di London.
Sesungguhnya ini adalah perkara yang serius, tidak main-main, wahai kaum Muslim. Sesungguhnya sesuatu yang bisa menghalangi penghinaan terhadap Islam itu sudah jelas dan bukan sesuatu yang tidak diketahui, yaitu: Khilâfah ’alâ minhaj an-nubuwwah—Khilafah yang mengikuti metode kenabian. Khilafah inilah yang akan melindungi tanah dan kehormatan. Khilafah merupakan kewajiban, bahkan kewajiban yang paling utama. (Farid Wadjdi)